Akhir-akhir ini timbul kekhawatiran di kalangan pemakai telepon seluler (ponsel), terutama dengan munculnya berbagai pendapat yang kontroversial tentang efeknya terhadap kesehatan, dalam hal ini berkaitan dengan kuatnya pancaran gelombang radio dan letak penggunaan ponsel yang menempel pada kepala. Orang khawatir, sinyal elektromagnetik yang melewati otak dapat mengubah sel-sel otak sehingga berkembang secara abnormal dan potensial menjadi sel kanker. Beberapa tahun yang lalu ada orang yang menggugat perusahaan telekomunikasi, gara-gara istrinya meninggal akibat kanker otak. Konon, sang istri memang gemar sekali memakai ponsel.

Kontroversi tentang efek ponsel terhadap kesehatan, dapat ditunjukkan dengan beberapa contoh berikut:


  • Sebuah penelitian di Finlandia membuktikan, radiasi elektromagnetik pada penggunaan ponsel selama satu jam, memengaruhi produksi protein pada sel. Meskipun hal ini tidak harus membahayakan kesehatan jika terjadi pada sel-sel tubuh pada umumnya, tetapi tidak demikian jika terjadi pada sel-sel otak, karena dapat berakibat fatal.

  • Sebuah laporan hasil penelitian dari Swedia (European Journal of Cancer Prevention, Agustus 2002), penggunaan ponsel analog (misalnya AMP) lebih rentan bagi timbulnya kanker otak dibandingkan dengan yang tidak pernah menggunakan sama sekali. Semakin lama menggunakan, semakin besar risiko terkena kanker otak.

  • Sementara itu, ICNIRP (International Commission on Non- Ionizing Radiation Protection) dan FCC (Federal Communi-cations Commission), menyatakan bahwa ponsel aman, meskipun juga mewajibkan produsen untuk mencantumkan tingkat pajanan radiasi SAR (Specific Absorption Rate) pada buku manualnya.

  • Meskipun emisi telepon seluler sangat kecil, apabila antenanya berada di dekat kepala selama beberapa menit, dapat menaikkan suhu sel-sel di dekat otak sekitar 0,1 derajat C.

  • Sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Lund, Swedia, menunjukkan bahwa radiasi yang dipancarkan oleh ponsel dapat memengaruhi fungsi enzim dan protein. Penelitian yang dilakukan terhadap tikus percobaan menunjukkan adanya perubahan protein albumin yang berfungsi dalam memasok aliran darah ke otak. Ahli lain, Leif Salford, seorang peneliti masalah dampak pemakaian ponsel terhadap kesehatan yang pendapatnya banyak dikutip, mengatakan bahwa gelombang mikro yang keluar dari ponsel dapat memicu timbulnya penyakit alzheimer atau kepikunan lebih awal dari usia semestinya. Alzheimer adalah salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan menurunnya kemampuan berpikir serta kemampuan mengingat atau memori, dalam hal ini penderita mengalami kepikunan. Walaupun belum terbukti secara langsung bahwa penggunaan ponsel adalah penyebab utama timbulnya penyakit alzheimer, tetapi menurut Salford, akibat yang mungkin ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik dari ponsel tidak boleh diabaikan begitu saja, tetapi harus secara cermat diteliti.


Berbagai hasil penelitian telah membuktikan adanya dua penyebab. Pertama, electromagnetic compatibility (EMC). Emisi energi dari telepon seluler misalnya, memang mengganggu peralatan elektronik seperti alat pacu jantung dan alat bantu pendengaran. Di samping itu, interferensi pada pemancar adalah hal yang umum terjadi, biasa mengganggu peralatan elektronik yang bersifat penerima seperti amplifier (penguat audio), radio, TV. Teknologi mutakhir memang memberi perhatian pada bagian penyaringan pemancar maupun penerima, supaya gelombang yang tidak perlu dibuang sehingga tidak menyebabkan radiasi. Sampai saat ini pun interferensi tetap ada meskipun dalam tingkat radiasi yang kecil.

Kedua, gangguan datang dari electromagnetic radiation (EMR), yang diduga menimbulkan kanker. Dalam teknologi digital, sinyal modulasi amplitudo yang digunakan besarnya 100 persen. Sinyal ini salah satu yang dituduh mengganggu.

0 comments:

Post a Comment