Tanaman hortikultura mudah rusak dan busuk akibat patogen, gulma, dan serangga yang menyerang secara terpisah atau bersamaan sejak biji masih dalam persemaian hingga tanaman cabai dipanen. Petani harus mampu mengendalikan hama dan penyakit secara efektif untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Secara tradisional, proteksi atau perlindungan tanaman dilakukan dengan pengendalian hama secara individu. Penyemprotan dengan bahan kimia dikembangkan untuk melawan serangga mikroorganisme yang menyebabkan penyakit dan daya merusaknya tinggi.

Dalam hal ini seorang petani cabai tidak saja harus mengetahui spesifikasi hama cabai dan penyakit cabai, tetapi juga semua organisme lain dan faktor yang mempengaruhi perkembangan hama dan penyakit. Tujuan perlindungan tanaman adalah untuk mempertahankan stabilitas hasil tanaman.

Faktor lingkungan memiliki peran dalam perkembangan penyakit yang berdampak terhadap kesehatan tanaman. Demikian juga pola penanaman di lapangan yang terus-menerus akan berdampak terhadap berkembangnya serangan hama dan penyakit. Menanami lahan terus-menerus dengan tanaman yang sama akan menyebabkan makanan bagi organisme penyebab hama dan penyakit tersedia terus. Iklim Indonesia dengan temperatur panas dan lembap menyebabkan tingkat perkembangan hama dan penyakit cukup nyata dan tidak heran berbagai macam pestisida dipasarkan secara luas dengan volume pemakaian yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Penggunaan pestisida merupakan salah satu pilihan bagi petani yang paling cepat untuk mengendalikan hama cabai dan penyakit cabai.

Jenis Hama Cabai Yang Penting Untuk Diketahui:

1. Myzus persicae Suiz. (Kutu Daun Persik)

Kutu daun persik umumnya berwarna kuning kehijauan dan hidup bergerombol di belakang daun dekat tulang-tulang daun. Kutu ini mengisap cairan daun secara langsung, sehingga daun mengeriput, pertumbuhan jaringan daun terhambat kemudian layu dan mati. Kutu ini merupakan serangga vektor bagi berkembangnya penyakit virus seperti Potato Leaf Roll Virus dan Potato Virus Y pada tanaman cabai sehingga tanaman menjadi kerdil dan gagal membentuk buah. Akibat lebih lanjut dari serangan kutu itu adalah tidak dapat panen sama sekali. Hama cabai ini berkembang pada musim kemarau.

2. Thrips parvispinus Karny. (Trips)

Trips berwarna kuning kecokelatan. Nimpha berwarna putih dan sangat aktif. Telur berbentuk oval, diletakkan dalam jaringan daun. Gejala yang kelihatan pada daun muda yang terserang adalah adanya noda keperakan yang tidak beraturan. Luka atau noda ini disebabkan daun dimakan serangga. Noda keperakan akan berubah menjadi cokelat tembaga dan menyebabkan daun mengeriting ke atas.

Pada musim kemarau populasi serangga sangat tinggi, penyebarannya dibantu oleh tiupan angin. Pengendaliannya dapat dilakukan secara biologi dengan menempatkan alami kumbang conccinellickie, tungau predator, dan kepik einthoconaie. Cara yang sering dilakukan petani adalah menyemprotnya dengan insektisida.

3. Helicoverpa armigera Hubner (Ulat Buah)

Ulat ini menyerang buah cabai sejak masih hijau. Buah Yang terserang akan berlubang dan jika buah dibelah akan ada ulat di dalamnya. Pada tahap instar awal, ulat hidup dalam buah akan menyebabkan buah menjadi busuk dan akhirnya rontok.

4. Bactrocera dorsalis Hendel (Lalat Buah)

Lalat buah termasuk serangga yang polifag. Menyerang buah tanaman cabai dengan ditandai adanya titik hitam pada pangkal buah. Serangga betina dewasa meletakkan telurnya dalam buah dengan jalan menusukkan ovipositornya ke dalam buah. Telur menetas dan menjadi ulat belatung. Jika buah cabai dibelah akan kelihatan larva tersebut.

Larva ini memiliki kemampuan melentingkan badannya sehingga mampu meloncat ke mana-mana. Larva ini hidup di dalam buah sehingga buah cabai menjadi busuk dan akhirnya rontok. Pada siang hari, kadang-kadang lalat kelihatan di dam dan bunga cabai. Larva ini keluar dad buah dan membentuk pupa dalam tanah.

5. Spodoptera litura Fabricius (Ulat Grayak)

Ulat grayak termasuk serangga yang polifag atau pemakan beberapa spesies. Ulat ini memakan dam dan buah. Gejala adanya serangan ulat grayak adalah daun-daun berwarna agak putih karena yang tersisa hanya selaput daun bagian atas, sedangkan bagian daging daun sebelah bawah dimakan ulat grayak. Tahap selanjutnya, daun akan gundul atau daging dam habis dimakan sehingga yang tersisa hanya tulang-tulang daun dan daun-daun menjadi bolong. Rusaknya daun akan menyebabkan proses fotosintesis terhambat dan akan berdampak terhadap produksi cabai. Selain menyerang daun, ulat grayak juga menyerang buah cabai dengan gejala adanya lubang tidak beraturan di permukaan buah cabai.

Ulat ini sangat rakus terutama larva instar kelima atau keenam. Warna larva bervariasi cokelat kehitaman atau putih kehitaman dengan ciri khas cincin berwarna hitam di ruas ketiga dari abdomen badannya. Serangan terberat terjadi menjelang senja hari hingga memuncak pada malam hari. Siang hari hama ini tidak aktif dan bersembunyi di rerumputan sekitar tanaman cabai.

0 comments:

Post a Comment