Ada banyak kisah, kesan dan cerita yang terasa istimewa bagi setiap muslim yang berangkat ke tanah suci. Baik saat melakukan haji maupun juga umrah reguler di luar musim haji.

Kisah yang selalu menarik dan berbeda-beda, sebab menyangkut pengalaman pribadi masing-masing orang yang berangkat, maka mendengar kisah dan cerita mereka yang telah pulang dari ibadah ke tanah suci, bisa menjadi inspirasi tersendiri bagi orang lain yang juga pasti ingin berkunjung ke dua kota suci, Makkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah. Demikian pula kisah Oyi Kresnamurti bersama istri yang disampaikan melalui blog pribadinya, Oyi & Utami Blog Place.

Bagi para jamaah yang sebelumnya pernah berhaji, pasti akan merasakan nikmat beribadah yang berlipat ganda saat melakukan umrah reguler. Ya, perbedaan menyolok adalah betapa di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi begitu banyak tempat yang lengang karena jumlah jamaahnya yang jauh lebih sedikit dibanding saat berhaji. Mungkin ada perkecualian untuk umrah Ramadhan, yang kabarnya kepadatannya mirip saat musim haji.

Tidak hanya di lingkaran Ka’bah, di Raudhah pun juga demikian. Bila dulu saat berhaji aku hanya bisa sesekali shalat fardhu di Raudhah, saat umrah kemarin Alhamdulillah Allah memudahkan untuk bisa berkali-kali bahkan bertadarus sembari menunggu waktu shalat berikutnya.

Namun perjuangan juga tetap dibutuhkan saat memasuki Hijr Ismail, sekitar Ka’bah, begitu pula saat berupaya mencium hajar aswad. Suasanya penuhnya tak jauh berbeda saat haji dulu. Yang penting, jangan sampai kita mendzalimi jamaah lain dengan main sikut atau tidak memberinya tempat. Yakinlah bila kita memberikan sedikit ruang kosong untuk sholat, insyaAllah Allah memudahkan kita juga.

Mencium Hadjar Aswad pun demikian. Antrian, saling rebut dan sikut tetap sama. Alhasil, niat untuk mencium batu hitam itu pun perlahan-lahan aku singkirkan karena tidak tega bila mengajak Utami, istriku ikut berjuang menciumnya.

Cara Allah Menyuruh Bersedekah

Banyak cerita yang mengatakan bahwa apapun tindak tanduk kita di tanah suci itu kontan balasannya. Nampaknya itu terjadi pada diriku kemarin (Mei, 2009). Saat setelah sholat Isya selesai, keluar dari Masjidil Haram kami pun pergi ke pertokoan di dekat hotel Hilton. Saat di eskalator, aku melihat orang naik eskalator tanpa mengenakan sandal. Aku hanya bergumam, ‘dia itu gak tau apa bahayanya naik eskalator tanpa pakai sepatu atau sandal?‘ sembari meringis membayangkan bila jari orang itu terjepit eskalator.

Dan malam keesokan harinya, diriku lah yang menaiki eskalator yang sama dan juga tanpa memakai sandal. Sore itu ternyata Allah membuat diriku lupa menaruh dimana sandalku. Walaupun sudah aku cari-cari tapi tetap tidak ketemu juga. Entah lupa nomor rak-nya atau memang saat itu Allah sedang mengujiku, wallahua’alam. Yang jelas, setelah aku berada di eskalator di pertokoan yang sama itu aku pun tersadar telah mengucapkan hal yang salah kemarin. Segera aku beristighfar, memohon ampun atas prasangka yang buruk terhadap mahluk ciptaanNya.

Mungkin karena istighfarku diterima dan memang masih rejekiku, keesokan harinya secara tak sengaja aku melihat tas sandalku ada di rak di dekat pintu keluar. Alhamdulillah, sandalku kembali! Utami segera mengingatkanku untuk memberikan sandal yang baru aku beli kemarin kepada yang lebih membutuhkannya. Saat meninggalkan masjid aku pun meminta kepadaNya agar dimudahkan untuk bertemu dengan orang yang tidak memakai sandal. Dalam sekejap Allah mempertemukanku dengan pemuda yang mendorong kursi roda namun tanpa alas kaki. Ia pun bergembira saat menerima sandal baruku. Memang Allah Maha Mengabulkan Doa & Pemberi Rejeki.

Semoga menjadi inspirasi dan motivasi bagi pembaca yang hendak berkunjung ke tanah suci.
(Sumber:kabarhaji.com)

0 comments:

Post a Comment